Meneguhkan Jiwa

Film Cut Nyak Dhien yang baru saja ditayangkan ulang di bioskop-bioskop membuatku berpikir akan kekuatan iman seorang pemimpin. Iman yang sulit sekali digoyangkan, bahkan dalam kondisi dimana melepasnya jauh lebih meringankan beban kehidupan. Iman yang juga dimiliki oleh mereka-mereka yang merubah sejarah manusia, bukan saja iman kepada Tuhan, tetapi lebih luas dari itu iman kepada apa yang diperjuangkan, diyakini. Menjadi sebaik-baik manusia.

An-nas yang aku baca hari ini mengajarkan sesuatu tentang meneguhkan iman.

“Katakanlah wahai manusia, jika engkau berlindung kepadaKu, Rabbnya manusia.

Berlindunglah padaKu yang merupakan raja, penguasa, dan pemilik manusia.

Akulah Tuhan yang engkau dan seluruh manusia sembah.

Berlindunglah dari bisikan-bisikan menggoyahkan yang dibisikkan pada pikiran-pikiranmu.

Dari bisikan pada hatimu

oleh mereka manusia dan jin.

Begitulah kira-kira pesan Tuhan pada surat An-nas.

Ayat pertama memerintahkan manusia untuk berlindung pada-Nya. Dilanjutkan kemudian pada penjelasan kapasitasnya dalam konteks permasalahan ini. mengapa pada konteks ini kita harus berlindung kepada-Nya ? karena Dialah Rabbnya manusia. Dia yang menciptakan manusia, yang membimbing manusia. Dia jugalah yang merupakan raja, penguasa dan pemilik manusia. Jadi ketika berbicara konteks kerusakan yang disebabkan oleh manusia, maka kepada siapa lagi harus meminta perlindungan selain kepada dia yang memiliki manusia itu.

Dia yang menguasai manusia, baik itu aku ataupun manusia lain- maka tentu jika mengharapkan kemenangan, logislah jika berharap dua variabel berhasil. Variabel-variabel utama itu adalah kuatnya serangan, dan kuatnya pertahanan. Faktor penentunya dikendalikan oleh diri ini (manusia) dan mereka (yang juga manusia). Sehingga satu-satunya cara untuk memenangkan kedua variabel itu sendiri adalah melalui berlindung kepada-Nya.

Ayat ketiga kemudian sepertinya menerangkan bahwa ini hanya akan berlaku pada manusia-manusia yang menyembah dan beriman kepada-Nya. Ada mereka yang menuhankan nafsunya, ada juga yang menuhankan berhala-berhala lainnya. Dua ayat pertama menegaskan keberadaan Tuhan dalam kapasitasnya sebagai Tuhan, yang tidak akan bergantung apakah engkau menyembah Tuhan yang benar atau tidak. Tetapi perlindungan hanya akan diberikan kepada dia yang menyembah Tuhan yang benar.

Seperti hadis Qudsi yang lebih kurang berbunyi :

Tiada Tuhan selain Allah, Tiada Tuhan melainkan Dia juga yang menjadi bentengku. Barang siapa yang masuk kedalam benteng-Ku, maka selamatlah dia

Ghazali kemudian menjabarkan bahwa perlindungan itu hanyalah untuk mereka yang menuhankan Allah saja. ketika nafsu sudah mengganggu, atau muncul tuhan-tuhan kecil lain dalam kehidupan maka lenyaplah jaminan itu.

Kemudian dari siapa atau apa manusia harus berlindung ?

Tuhan kemudian menjabarkan, dari bisikan-bisikan yang melalaikan, yang melengahkan, yang menggoda, yang meragukan. Godaan-godaan halus yang dibisikan kala lengah kedalam pikiran manusia. Bisikan yang secara lembut ataupun secara nyata didepan manusia, oleh mereka jin dan manusia.

Aku tidak tahu secara pasti kenapa ketika ada kemungkinan jin yang membisikan tapi Tuhan hanya menerangkan kapasitasnya sebagai Tuhannya Manusia dan bukannya Tuhannya alam semesta atau Tuhannya makhluk. Biarlah ini nanti menjadi pertanyaan yang perlu dicari jawbaannya.

Tapi bisa jadi

Bisa jadi karena godaan oleh manusia adalah apa yang nyata, sedang godaan oleh jin begitu halus dan dampak besarnya akan lebih pada dalam diri ini sendiri. Ketika manusia terang-benderang nyata dihadapan kita, dan kita tahu apa yang dia lakukan, maka jin terkadang akan begitu halus sehingga kita melihat keraguan itu datang dari diri sendiri.

Bisa jadi Tuhan ingin mengatakan selesaikanlah peperanganmu dengan diri sendiri itu dalam konteks lainnya, yang tentu dia ajarkan dalam firman-Nya yang lain.

Sedang yang Dia ajarkan disurat ini, bahwa serangan keraguan itu akan terus-menerus dialirkan pada hati dan pikiran manusia. Dalam kepercayaan dan logika manusia. Sehingga langkah yang Tuhan inginkan bagi manusia untuk menjaga keimanan dan kualitas dirinya selain memohon padaNya adalah dengan terus menerus menguatkan pikiran dan hatinya.

Pikiran dengan terus-menerus mengingatkan diri pada keimanan dan apa yang diperjuangkan. Membuat dalih dan dalil baru yang terus menguatkan pikirannya akan apa yang diperjuangkan. Terus menerus menginternalisasi itu sehingga masuk dan meresap dia kedalam kepercayaan dalam hatinya.

30 Mei 2021