Kegiatan Favoritku

Kamu tau apa kegiatan favoritku sekarang-sekarang ini?

Swipe up snapgramku, ngeliat akunmu ngeliat snapgramku yang entah dibaca atau enggak juga.

Ngecek daftar hadir zoom, ngeliatin akun zoom kamu disana. Yang kadang Masih nggak keluar-keluar meskipun kelas sudah ditutup.

Ngeliatin semua history DM-DM Kita… Dari awaalll banget… Ngeliatin jejak-jejak Bahwa kita pernah berinteraksi aja sudah buat aku seneng.

Wes, pokoknya semua hal yang ada namamu, jejakmu, ngeliatin itu juga aku suka. Duh…. Menyedihkan Banget aku

Dia ikut!

Beberapa waktu lalu Aku mengajaknya untuk bersama mengikuti kelas belajar Islam.

Rangkaian kelas Yang terstruktur, dengan harapan nantinya Akan lebih memahami Islam lebih baik.

Dan Hari ini…. dipembukaan kelasnya, Aku melihat dia, Aku melihat namanya.

Aku… Bahagia!

Di Persimpangan

Aku bimbang. Apa sih sebetulnya batasan dari berbakti kepada orang tua? apakah setiap pelaksanaan perintahnya dapat diartikan sebagai bentuk berbakti itu sendiri?

Kebimbangan ini berangkat dari permintaan omku agar diriku menjadi caleg. Iya kebetulan dia saat ini sedang menjadi ketua pemenangan di salah satu partai. Partainya ini sedang uji coba caleg milenial, dan entah dikatakan ada salah satu persyaratan kedepannya ada perwakilan generasi muda didalam komposisi orang yang dicalonkan oleh partai. Dan ibuku memintaku untuk mengiyakan permintaan omku. Dikatakan ada ekspektasi darinya untuk melihatku berkiprah dan melanjutkan perjuangannya…

Permasalahannya seperti yang pernah diriku utarakan, aku masih trauma menjadi pejabat publik. Aku tidak merencanakan perjuanganku akan didalamnya, setidaknya untuk dalam waktu dekat ini. mengingat kapasitasku yang masih belum mumpuni ini.

Entahlah,,,, ini begitu mendadak.

Aku Khawatir

Aku khawatir, jika ternyata telah jatuh kedalam kenyamanan tak terhindar untuk mencari alasan agar bisa berinteraksi denganmu. Aku khawatir bahwa hijab yang memisahkan seorang ikhwan dengan akhwat semakin menipis. Semakin mudah diriku memulai interaksi denganmu, dan entahlah… apa dirimu juga merasakannya juga, Tetapi setidaknya mungkin gejalanya bisa terlihat dari bagaimana dirimu sudah mulai berkenan untuk mengisengi diriku.

Aku khawatir, bahwa akhirnya kelak akan tiba dimana diriku sudah membenarkan banyak hal yang seharusnya tidak dilakukan. Termakan seluruh buaian dan pembenaran-pembenaran yang dimunculkan… oleh diriku sendiri.

Oh Tuhan… jagalah diri ini.

Oh Tuhan… jagalah dia.

Ambisi, Konsep Diri, dan Penghambaan

Malam hari selalu menjadi waktu yang nyaman untuk menuliskan apa yang kulalui beberapa waktu ini….

Malam Yang Berat

Tepat satu minggu setelah aku berulang tahun, perjalanan ini dimulai. Malam itu, ditengah cutinya Senior Managerku datang ke kantor. Seperti biasa, cuti cuman sekedar catatan administrasi saja, alasan sebenarnya adalah agar dirinya bisa menghindari 30% kegiatan yang dirasanya tidak penting. Hari itu kami membahas Governance Model dari project pentahelix yang sedang kami lakukan.

Beberapa saat setelah workshop itu, salah satu partner yang aku pegang menghubungi Senior Managerku, berkabar, dan berharap untuk bisa segera dieksekusi kerjasamanya. Malam itu langsung saja Senior Managerku memanggilku. Jelas kesalahannya, jika sampai partner langsung menghubungi beliau, maka tentu ada permasalahan. terlalu lambat untuk dipegang oleh timnya.

Malam itu dia mengajakku berbincang. empat mata. Tentang bagaimana penilaianku terhadap kinerjaku, bagaimana penilaiannya.

“Kamu sudah hampir 7 bulan ya bekerja disini Nggih, menurutmu kalau diberikan nilai berapa nilaimu?” Tanyanya.

Aku tentu saja tidak percaya diri. Mengingat konteks pembicaraanya… “BC bang?” jawabku. “Bukan, bagiku nilaimu F, berapa banyak project yang kamu close? yang kamu kawal dari awal sampai akhir?”

Ahh… itu dia…. memang sejak dia mengambil cuti kecepatan kerjaku melambat. Dan ini yang menjadi kebiasaan, aku akan selalu menuntaskan apa yang aku mulai,,,, hanya saja waktunya yang sedikit lambat. (sangat mungkin haha)

Kuberanikan diriku untuk bertanya “Bang, gimana ya caranya agar bisa selalu merasa tertekan?” hening beberapa saat, kemudian dia menjawab… “Kalau aku boleh saran, kamu kurang ambisi canggih. Aku ndak akan bisa tidur sebelum pekerjaanku selesai. Seorang muslim akan selalu menuntaskan apa yang sudah dimulainya, amanah yang diberikan kepadanya.”

Kurang ambisi dan amanah… dua kata yang menghujam malam itu.

Pembawaannya yang ramah, ajang diskusi yang hangat, dan kebaikannya justru membuat diriku merasa sangat bersalah dan tertekan. Jauh lebih tertekan dan merasa bersalah ketimbang jika pembawaannya memarahiku. Jauh… Aku sudah mengecewakannya, dan malam itu…. adalah malam yang sangat berat. Hingga… somehow Tuhan meringankan beban ini… Dia, wanita itu, kompas intelektualku untuk waktu yang sangat lama akhirnya upload story lagi…. yah, meringankan bebanku malam itu.

Junior Yang Beruntung

Apakah kamu pernah punya senior yang mengejar-ngejarmu untuk bisa memberikanmu nasihat? Aku sangat sering ke Bandung untuk urusan pekerjaan. Dan setiap kali ke Bandung itu juga aku akan memilih memesan tiket travel, menghabiskan waktu selama perjalanan untuk beristirahat. Enggan aku rasanya untuk menumpang seniorku apalagi ketika itu hanya berdua, karena pasti aku perlu untuk berbincang dengannya, dan… aku mudah untuk mual dalam perjalanan. Mempertimbangkan kemungkinan aku yang hanya akan tidur saja diperjalanan, maka aku selalu memilih menaiki travel. Logiskan?

Berkali-kali seniorku ini mengajakku untuk ke Bandung bersama. Termasuk sore hari sebelum malam yang berat itu menimpaku. Dan entah ada angin apa, diriku pun mengiyakan.

Kita berbincang banyak hal, dari mulai mindset yang seharusnya dimiliki ketika bekerja, memanfaatkan fasilitas kantor, perjuangannya selama ini, pernikahan, impian, dan ambisi.

Ada satu titik dia kemudian menanyakan, “Rencanamu apa Nggih habis ini?” Kujawab saja dengan pasti, “S2 mas.”

Dia kemudian menanyakan ke universitas apa, jurusan apa, kaitannya dengan mimpi yang lebih besar bagiamana. Aku bisa menjawab semuanya, tapi… entah kenapa aku tidak percaya diri ketika membicarakan mimpiku kedepannya dihadapannya. Disana dia menjelaskan jangan setengah-setengah, kejar saja MIT… manfaatkanlah posisi saat ini, karena kami sedang menjalin kerjasama dengan MIT. Aku yang tidak memanfaatkan setiap elemen posisiku saat ini terjadi karena aku belum tau, belum percaya diri dengan apa yang akan aku lakukan dimasa depan. Akhirnya aku tidak memikirkan bagaimana mengutilisasi semuanya.

Konsep diriku masih sangatlah lemah… Aku belum selesai dengan diriku sendiri.

Kemudian diakhir dia sampaikan, ” Gua gatel deh sama lu nggih…. setiap gua ajakin naik mobil bareng ke Bandung selalu nggak mau… padahal diwaktu ini kita bisa sharing-sharing, kita bisa sama-sama belajar…. masa sampe berkali=kali gua ajakin.”

Penghambaan

Sampai sekarang aku masih belum berhasil menstrukturkan dan mendefinisikan konsep diri ini. Tapi sudah terbesit pertanyaan…

“Nanti, ketika kita meninggal dan bertemu Rasul kira-kira apa yang bisa aku banggakan bertemu dengannya?”

“Apa yang bisa membuat Allah jatuh cinta kepadaku? amalan seperti apa?”

Pertanyaan pertanyaan yang belum selesai, melengkapi proses pencarian konsep diri ini.

Andai Dia Tahu

Andai dia tahu, dalam dalam malam-malamku dirinya muncul mengisi pikirku.

Jangankan malam, pagi dalam sibukku pun kadang dirinya muncul mengganggu.

Seperti hari ini, dalam senggang kutemukan rekaman podcast dia dengan himpunannya.

Dan tawa, suaranya sudah cukup membuat hariku berseri.

Andai dia tahu, pesan terakhirnya beberapa hari lalu, “sudah jangan dibayangin lagi” adalah hal yang sulit dan hampir mustahil untuk kulakukan.

Beautiful Mess

Kamu pernah memiliki harapan yang kemungkinannya rendah untuk terjadi tapi Tuhan sebegitu baiknya untuk mewujudkannya?

Harap dan pasrah akan realita, sadar bahwa kemungkinan besar akan kecewa, bergabung… Bingung juga kan? Pilihannya mau Ndak mau cuman berdamai dengan keinginan itu sendiri. Sadar bahwa ia hanya harap yang tidak mungkin bisa terwujud.

Itulah lebih kurangnya bagaimana aku memandang early wishku: mendapat selamat dari dia.

Ulang tahun ini cukup sepi, tidak ada yang ingat, hanya sahabatku dan sepupu-sepupuku, bahkan ibuku lupa hari karena sedang ada masalah di kantornya (ini panjang ceritanya haha)… Bahkan kantorku yang biasanya mengucapkan ulang tahun tidak menyelamatiku. Singkatnya semua hal ini makin membumikan ekspektasi bahwa memang ini biarlah menjadi hari perenungan saja.

Malam itu, aku mengajak makan ibu dan sepupuku. Dan ditengah makan itu, tiba-tiba sebuah notifikasi muncul… “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh…” Ditemani dengan profil picture yang selalu aku harap muncul di list DM ku.

Dan… Iyah, harapanku tercapai.

Dia sampaikan do’a-do’anya, dan kita berbincang… 2 hari lamanya. Jauh lebih luwes, jauh lebih seru… Dan aku bisa mengenalnya lebih jauh.

Dia yang juga random dan aneh, ketika citra pertama, apa yang kupikir dan terlihat anggun mempesona…

Dia yang mencintai rebahan sedang disatu sisi mencintai juga bekerja keras…

Dia yang Ndak terstruktur, fuzzy, ketika yang lama dibina dlaam institusi teknik…

Obrolan serius kita diawal pertama chat seriusku makin lama makin cair, kontradiksi dalam dirinya, unik… A beautiful mess.

Setiap chat 2 hari itu membuatku senyam-senyum sendiri, kala berangkat kantor, ketika istirahat, diperjalanan malam saat di Transjakarta… Aku menikmatinya. Semuanya. Setiap detik yang terjadi selama 2 hari itu.

Terima kasih (hopefully will be) my beautiful mess

Selamat yang ke-24!

Hadeuh… Nggak bisa tidur ternyata…

Nggak kerasa yah sudah setahun berlalu, sudah semakin tua aja diri ini

Banyak hal terjadi di tahun ini…

Nggak nyangka seorang canggih yang luar biasa tertutup, jaim, diam kini lebih berubah jadi canggih yang lebih terbuka, bodo amat denga citranya, dan jujur… Hahaha nggak kebayang apalagi dibandingkan dengan masa-masa awal kuliah SMP dan sma…

Nggak nyangka juga canggih yang sangat Ndak bisa “disalahkan” tiba-tiba lebih memaknai kegagalan dan terbiasa terbuka untuk disalahkan…

Canggih yang sangat menghargai kesempurnaan dalam karyanya, Ndak peduli seberapa lama itu menjadi canggih yang belajar kesempurnaan bisa berjalan seiring waktu berjalan

Canggih yang cabut kuliah, mencintai hidup yang bermalas-malasan, tidur, bermimpi untuk work-life balance jadi canggih yang punya pandangan berbeda tentang kerja dan pengabdian, canggih yang pasti selalu kerja lebih dari 12 jam sehari

Canggih yang nggak pernah memaknai orang-orang yang dicintainya, menjadi canggih yang lebih memaknai kehadiran orang-orang disekitar

Banyak banget hal-hal terjadi di tahun ini…

Canggih yang akhirnya lulus, canggih yang tiba-tiba kerja diluar jurusannya, canggih yang ketemu orang-orang keren, canggih yang mulai baca kitab-kitab tafsir, canggih yang mulai belajar agama, canggih yang merubah plan hidupnya…

Dan yang paling nggak disangka,,, canggih yang memberanikan dirinya untuk mengungkapkan perasaannya, dan mendeklarasikannya ke satu wanita… Hahaha gila juga yah kalau dipikir-pikir. – yang sejaknya jadi seriiinggg banget update snapgram, walau ke close friend… Hahaha ini parah si… Kadang jijik, tapi kayaknya perlu untuk tetap update ke dia bahwa ada manusia yang terus berprogress sambil menunggu waktu…

Intinya aku bersyukur dengan semua hal yang terjadi tahun ini, terima kasih untuk satu tahunnya Tuhan!

Semoga di tahun yang ke 24 ini banyak kebaikan bisa dilakukan, aku lebih produktif dalam mengelola waktuku, lebih fokus dengan mimpi-mimpiku, lebih capable…